MAJALENGKAUPDATE - Jawa Barat, provinsi yang terletak di bagian barat Pulau Jawa, belakangan ini menjadi saksi banyaknya bencana hidrometeorologi yang melanda sejak Januari 2023.
Kabupaten Bogor dan Majalengka mencatatkan diri sebagai daerah dengan kasus bencana hidrometeorologi tertinggi sejak awal tahun tersebut.
Secara geografis, Jawa Barat memang dikenal sebagai daerah yang rentan terhadap berbagai jenis bencana.
Dengan keberadaan tujuh gunung api aktif dan tiga sesar, risiko bencana di provinsi ini terus meningkat.
Menurut Plh Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Anne Hermadianne Adnan, dalam sebuah talk show di Radio Radika Majalengka pada Selasa (28/11/2023), sebanyak 1607 bencana hidrometeorologi tercatat terjadi di seluruh Jawa Barat dari Januari sampai Oktober 2023.
1. Daerah Rawan Bencana Tertinggi: Bogor dan Majalengka
Dari data yang dikeluarkan oleh BPBD Provinsi, Kabupaten Bogor dan Majalengka menonjol sebagai daerah dengan tingkat kerawanan bencana tertinggi di Jawa Barat.
Kejadian Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) menjadi penyumbang utama, mencatatkan Bogor sebagai daerah dengan kasus tertinggi, diikuti oleh Majalengka.
Anne mengungkapkan bahwa faktor El Nino turut berkontribusi pada tingginya kasus Karhutla dan kekeringan di Jawa Barat.
Fenomena ini memicu peningkatan jumlah kejadian bencana, dengan angka mencapai 1600 hingga bulan Oktober.
Saat ini, Kabupaten Bogor juga menghadapi ancaman bencana musim hujan, di mana intensitas hujan tinggi telah memicu potensi banjir dan angin kencang.
2. Pentingnya Edukasi dari BPBD
Melihat tingginya tingkat bencana di Jawa Barat, Anne menegaskan pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat.
Dengan pemahaman yang baik, masyarakat diharapkan dapat mengambil tindakan yang tepat saat terjadi bencana.
"Kita tidak bisa lari dari bencana. Jawa Barat adalah daerah rawan bencana paling tinggi, sudah disampaikan deputi pencegahan di BNPB," ujarnya.
Dalam beberapa kasus, kurangnya pengetahuan masyarakat terkait bencana dapat menyebabkan tingginya jumlah korban jiwa.
BPBD Jawa Barat bekerja sama dengan BMKG dan BPBD kabupaten/kota untuk menyusun strategi edukasi dan mitigasi bencana.
Anne menyoroti peran besar masyarakat dalam memahami, menghadapi, dan merespons bencana.
3. Bencana sebagai Tanggungjawab Bersama
Anne menekankan bahwa penanganan bencana bukanlah tanggungjawab BPBD saja. Ia memandangnya sebagai upaya bersama yang melibatkan pemerintah, pengusaha, akademisi, komunitas, media, dan masyarakat.
Dalam konteks ini, BPBD memiliki tiga tahap penanganan, yaitu pra, saat terjadi, dan pasca bencana, yang melibatkan sosialisasi dan mitigasi.
"Ini kerja sosial. Sehingga penanganannya itu menyeluruh, pentahelix, ada pemerintah, pengusaha, akademisi, komunitas, teman-teman media. Masyarakat juga punya peran besar dalam penanganan bencana ini," tandas Anne.
Sejalan dengan itu, BPBD berharap partisipasi semua pihak agar ketika bencana melanda, masyarakat telah teredukasi dan tahu langkah-langkah yang harus diambil untuk mengurangi dampaknya.
Bencana, dalam pandangan Anne, adalah urusan bersama yang memerlukan sinergi seluruh elemen masyarakat. (Sumbar : IDN Times)
0 Comments for "Ribuan Bencana Hidrometeorologi Mengguncang Jawa Barat Sejak Awal 2023"